berita

Penelitian di Inggris mengungkapkan tanda-tanda peringatan dini: kehilangan penglihatan memprediksi demensia

2024-08-05

한어Русский языкEnglishFrançaisIndonesianSanskrit日本語DeutschPortuguêsΕλληνικάespañolItalianoSuomalainenLatina

01

Sebuah studi baru mengungkapkan hubungan antara kehilangan penglihatan dan demensia, menunjukkan bahwa hilangnya sensitivitas penglihatan dapat memprediksi timbulnya demensia hingga 12 tahun sebelum didiagnosis secara resmi. Penelitian yang didasarkan pada tindak lanjut jangka panjang terhadap 8.623 orang dewasa sehat di Norfolk, Inggris, pada akhirnya menemukan bahwa 537 peserta menderita demensia, sehingga memberikan petunjuk penting untuk menemukan tanda-tanda awal demensia.

02

Pada awal penelitian, peserta menjalani tes sensitivitas visual. Tes tersebut mengharuskan peserta untuk menekan tombol dengan cepat ketika mereka melihat segitiga terbentuk dalam susunan titik yang bergerak. Hasilnya menunjukkan bahwa peserta yang kemudian didiagnosis menderita demensia secara signifikan lebih lambat dalam mengidentifikasi segitiga dibandingkan mereka yang tetap bebas demensia.

Masalah penglihatan mungkin merupakan indikator awal penurunan kognitif karena plak amiloid beracun yang berhubungan dengan penyakit Alzheimer mungkin pertama kali mempengaruhi area otak yang berhubungan dengan penglihatan. Seiring perkembangan penyakit, plak ini secara bertahap mempengaruhi bagian otak yang berhubungan dengan memori. Oleh karena itu, tes visual dapat mendeteksi defisit sebelum tes memori.

Pada penyakit Alzheimer, beberapa aspek pemrosesan visual lainnya terpengaruh, seperti kemampuan melihat garis besar objek (sensitivitas kontras) dan kemampuan membedakan warna tertentu (pada tahap awal demensia, melihat warna dalam spektrum biru-hijau). ). Kemampuan akan terpengaruh), efek ini mungkin tidak langsung terlihat.

Tanda awal lain dari penyakit Alzheimer adalah berkurangnya “kontrol penghambatan” gerakan mata, sehingga rangsangan yang mengganggu tampaknya lebih mudah menarik perhatian. Orang dengan penyakit Alzheimer tampaknya mempunyai masalah dalam mengabaikan rangsangan yang mengganggu, yang mungkin bermanifestasi sebagai masalah dengan kontrol gerakan mata. Masalah-masalah ini dapat meningkatkan risiko kecelakaan mengemudi dan merupakan bagian dari penelitian yang sedang berlangsung.

Penderita demensia cenderung memproses wajah baru secara tidak efisien, artinya mereka tidak mengikuti pola pemindaian yang biasa dilakukan, yaitu mencetak wajah dari mata, hidung, hingga mulut. Hal ini mungkin menyebabkan mereka kesulitan mengenali orang yang baru mereka temui, bukan hanya karena masalah ingatan, tapi juga mungkin terkait dengan gerakan mata yang tidak efektif pada wajah baru.

Karena sensitivitas penglihatan berkaitan dengan kinerja memori, peneliti juga menguji apakah peningkatan gerakan mata dapat meningkatkan daya ingat. Penelitian sebelumnya memberikan hasil yang beragam, namun beberapa penelitian menemukan bahwa gerakan mata dapat meningkatkan daya ingat. Hal ini mungkin menjelaskan mengapa orang yang lebih banyak menonton televisi dan membaca memiliki ingatan lebih baik dan risiko demensia lebih rendah.

Terlepas dari temuan ini, penggunaan gerakan mata secara sadar untuk mengatasi masalah memori pada orang lanjut usia belum banyak digunakan. Selain itu, penggunaan cacat pergerakan mata sebagai alat diagnostik jarang terjadi, sebagian karena teknologi pelacakan mata mahal dan memerlukan pelatihan khusus untuk menggunakan dan menganalisisnya.

03

Studi ini mengungkap pentingnya kehilangan penglihatan sebagai tanda peringatan dini demensia. Seiring kemajuan teknologi, biaya teknologi pelacakan mata mungkin akan berkurang di masa depan, sehingga lebih mudah diterapkan dalam praktik klinis, membantu mendiagnosis demensia lebih awal, dan menerapkan intervensi.

mengacu pada

Begde A, Wilcockson T, Brayne C, Hogervorst E. Kecepatan pemrosesan visual dan hubungannya dengan perkembangan demensia di masa mendatang dalam kohort prospektif berbasis populasi: EPIC-Norfolk. Sci Rep. 2024;14(1):5016. Diterbitkan 29 Februari 2024. doi:10.1038/s41598-024-55637-x