berita

Model AI baru dapat memprediksi penyakit Alzheimer lebih awal

2024-07-22

한어Русский языкEnglishFrançaisIndonesianSanskrit日本語DeutschPortuguêsΕλληνικάespañolItalianoSuomalainenLatina

Kantor Berita Xinhua, Beijing, 22 Juli (Xinhua) Diagnosis dini sangat penting untuk mengendalikan perkembangan penyakit Alzheimer secara efektif. Para peneliti dari Universitas Cambridge dan institusi lain di Inggris telah mengembangkan model kecerdasan buatan (AI) baru. Tim tersebut mengatakan bahwa model tersebut tidak hanya dapat menghindari pengujian yang invasif atau mahal, tetapi juga memprediksi penyakit Alzheimer lebih awal.

Menurut laporan, diagnosis dini penyakit Alzheimer yang akurat umumnya memerlukan metode pengujian yang invasif atau mahal, seperti pungsi lumbal atau tomografi emisi positron. Namun, tidak semua institusi medis memiliki ketentuan pengujian seperti itu. Akibatnya, sepertiga pasien mungkin salah didiagnosis, dan lebih banyak lagi pasien yang terlambat didiagnosis dan tidak menerima pengobatan yang efektif. Model prediksi AI yang dipimpin oleh Universitas Cambridge menyediakan metode non-invasif dan berbiaya rendah yang dapat secara efektif memprediksi apakah subjek penelitian akan terkena penyakit Alzheimer dalam tiga tahun ke depan. Penelitian yang relevan telah dipublikasikan di British Journal of Electronic Clinical Medicine.

Berdasarkan data uji kognitif dan pemindaian MRI yang dikumpulkan oleh tim peneliti AS dari 400 pasien penderita atrofi materi abu-abu, tim peneliti menggunakan algoritme pembelajaran mesin untuk membangun model prediksi AI dan menguji model tersebut menggunakan data dunia nyata dari beberapa klinik di Inggris. , Singapura dan negara lain. Karena penggunaan data multi-modal seperti teks dan gambar, model ini dapat memprediksi kemungkinan gejala awal berubah menjadi penyakit Alzheimer dengan lebih akurat dibandingkan diagnosis klinis tradisional.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa model tersebut 82% akurat dalam mengidentifikasi orang yang akan mengidap penyakit Alzheimer dalam waktu tiga tahun, dan 81% akurat dalam mengidentifikasi orang yang tidak akan mengidap penyakit Alzheimer dalam waktu tiga tahun.

Lebih dari 55 juta orang di seluruh dunia menderita demensia, jenis yang paling umum adalah penyakit Alzheimer. Di masa depan, tim berharap dapat memperluas model untuk memprediksi jenis demensia lainnya, seperti demensia vaskular dan demensia frontotemporal, serta menggunakan berbagai jenis data, seperti penanda dalam tes darah. (lebih)