berita

Versi film "Dream of Red Mansions" dijadwalkan akan dirilis: Guan Xiaotong berperan sebagai Yuan Chun, tetapi ketika saya melihat Daiyu, saya merasa tidak senang!

2024-07-24

한어Русский языкEnglishFrançaisIndonesianSanskrit日本語DeutschPortuguêsΕλληνικάespañolItalianoSuomalainenLatina

Di era di mana nostalgia dan inovasi nasional berjalan beriringan, pemberitaan versi film "A Dream of Red Mansions" bak blockbuster, seketika menimbulkan riak di hati para penggemar film dan penggemar buku.

Ini bukan hanya lahirnya sebuah film, tetapi juga interpretasi modern atas sastra klasik, sebuah keterkaitan mimpi yang melintasi ruang dan waktu.

Saya pikir saat itu, "Impian Rumah Mewah Merah" yang ditulis oleh Cao Xueqin seperti lukisan teliti yang halus dan rumit, perlahan terbentang di setiap sudut Grand View Garden.

Setiap karakter sejelas kehidupan, dan keterikatan emosionalnya rumit dan membuat ketagihan.



Kini, mahakarya sastra ini akan kembali bersinar dalam bentuk film, yang tentu saja membangkitkan ekspektasi dan lamunan banyak orang.

Dikatakan bahwa untuk memulihkan Grand View Garden yang indah, para kru tidak mengeluarkan biaya apa pun dan menghabiskan sebanyak "tiga juta tael perak" (walaupun ini berlebihan, ini menunjukkan investasi yang sangat besar).

Ini bukan hanya penghormatan terhadap karya asli, tetapi juga upaya maksimal untuk mendapatkan pengalaman visual penonton.

Membayangkan pemandangan ukiran balok dan bangunan yang dicat serta jalan berkelok-kelok yang perlahan terbentang di layar, serasa Anda bisa melakukan perjalanan melintasi ruang dan waktu dan secara pribadi melangkah ke dunia yang penuh puisi dan kesedihan.

Namun, meskipun demikian, adaptasi klasik selalu menjadi "permainan orang pemberani".

Apalagi dalam mahakarya seperti "A Dream of Red Mansions", kreasi setiap karakternya menyentuh hati ribuan pembaca.

Untuk pemilihan casting ini, kru mengadopsi metode audisi dengan tujuan menggali lebih banyak darah segar dan menyuntikkan vitalitas baru ke dalam film klasik.

Namun langkah ini tidak diragukan lagi mendorong para kru ke garis depan opini publik.

Mari kita bicara tentang Xue Baochai yang diperankan oleh Jiarong Huang terlebih dahulu. Meskipun bunga kecil baru ini memiliki penampilan yang segar dan halus, ketika menafsirkan peran Xue Baochai, dia tampaknya masih kurang memiliki ketenangan dan pengendalian diri sebagai seorang wanita.



Netizen bercanda: "Ini bukan Sister Bao, dia jelas-jelas seorang gadis kecil yang masih muda!"

Kata-kata tersebut berisi dorongan bagi para aktor muda dan harapan untuk pemulihan karakter.

Mengenai peran Lin Daiyu, ini hanyalah versi langsung dari "Konferensi Tucao".

Netizen berkata satu demi satu: "Daiyu ini terlihat seperti pelayan tidak peduli bagaimana penampilannya, bagaimana dia bisa memiliki roh peri dari Sister Lin?"



Memang benar, sebagai karakter jiwa dalam "A Dream of Red Mansions", bakat unik, karakter sentimental, dan temperamen dunia lain Lin Daiyu sangat sulit untuk dipahami.

Kali ini sang aktor dituduh sebagai "pelayan", yang tidak diragukan lagi merupakan ujian besar bagi penampilannya.

Mari kita lihat Bian Cheng yang berperan sebagai Jia Baoyu. Meski usia aktor muda ini masih muda, namun penampilannya terkesan agak kekanak-kanakan saat menghadapi peran kelas berat.

Dalam trailer tersebut, sosok berlarinya dijuluki oleh netizen sebagai "dirasuki oleh Er Ha". Dia sama sekali tidak memiliki temperamen lembut, penuh kasih sayang dan penuh kasih sayang seperti Jia Baoyu di karya aslinya.

Sedangkan untuk Jia Yuanchun yang diperankan oleh Guan Xiaotong, meski sudah terkenal di industri hiburan, ia nampaknya sedikit tak sanggup menghadapi peran yang begitu mewah dan luar biasa.



Gaya dan pakaiannya dikritik sebagai "canggung" dan tidak mendukung keagungan dan martabat keluarga kerajaan.

Namun demikian, sebagai aktor muda, berani menantang peran klasik seperti itu adalah sebuah keberanian dan pertumbuhan tersendiri.

Dihadapkan dengan begitu banyak kontroversi dan keraguan, sutradara dan aktor versi film "A Dream of Red Mansions" tidak diragukan lagi berada di bawah tekanan yang luar biasa.

Namun seperti yang dikatakan meme populer di internet: "Anda harus menghadapi hidup dengan senyuman bahkan ketika tekanannya sangat besar."

Mereka bekerja keras untuk menafsirkan karya sastra klasik ini dengan cara mereka sendiri, berupaya menghadirkan pesta visual baru kepada penonton atas dasar penghormatan terhadap karya aslinya.

Apapun hasil akhirnya, adaptasi ini akan menjadi cerita bagus dalam sejarah perfilman Tiongkok.

Ini bukan hanya sekedar penghormatan terhadap "A Dream of Red Mansions", tapi juga eksplorasi integrasi budaya tradisional dan estetika modern.

Mari kita nantikan bersama, ketika keindahan Grand View Garden kembali muncul di layar kaca, resonansi emosional yang melintasi ruang dan waktu akan menyentuh hati sanubari setiap penonton.