berita

Dia tidak tega membunuh tahanan wanita Jepang dan membawanya untuk hidup mengasingkan diri di pedesaan. 34 tahun kemudian, dia mengetahui bahwa identitas istrinya tidak sederhana.

2024-08-26

한어Русский языкEnglishFrançaisIndonesianSanskrit日本語DeutschPortuguêsΕλληνικάespañolItalianoSuomalainenLatina

(Cerita ini memiliki prototipe nyata, dan beberapa karakter dalam artikel tersebut memiliki nama samaran.)

==Pendahuluan==

Pada suatu pagi biasa di Sichuan pada tahun 1978, Liu Yunda sedang membungkuk dan bekerja di ladang ketika tiba-tiba dia mendengar suara mesin mobil datang dari luar halaman. Ini adalah kejadian langka baginya – hanya ada sedikit mobil yang datang ke desa, dan sesekali truk lewat begitu saja. Liu Yunda mendongak dan melihat beberapa mobil diparkir di depan rumahnya. Beberapa tamu berpakaian rapi keluar dari mobil.

“Untuk apa orang ini di sini?” Liu Yunda bergumam dalam hatinya, menyeka keringat di dahinya, meletakkan cangkul, dan berjalan perlahan menuju pintu masuk halaman. Para tamu tersebut tidak secara langsung menyatakan tujuan kunjungannya, namun dengan sopan menanyakan keadaan di rumah, terutama istrinya. Saat percakapan semakin dalam, Liu Yunda memiliki keraguan di dalam hatinya, dan tamu terakhir menyebutkan sebuah nama: "Omiya Shizuko。”

Omiya Shizuko

Mendengar nama ini,Istri Liu Yunda (berganti nama menjadi Mo Yuanhui)Saya terkejut. Ini adalah nama yang sudah lama tidak dia dengar, nama yang awalnya dia pikir akan terkubur selamanya di kedalaman sejarah. Hatinya menjadi gugup. Mungkinkah rahasia masa lalu akhirnya terungkap?

Namun, pengunjung tersebut tersenyum dan berkata bahwa mereka di sini bukan untuk menimbulkan masalah, melainkan membawa berita dari Jepang – ayahnya yang telah lama hilanglah yang akhirnya menemukannya setelah bertahun-tahun mencari.

==Ulasan Cerita==

Ceritanya dimulai lebih dari tiga puluh tahun yang lalu. Pada tahun 1941, ini adalah periode paling intens dalam Perang Anti-Jepang. Tentara Tiongkok melakukan pertempuran berdarah di Jalan Raya Burma, dan Jepang terus mengirimkan pasukan untuk menyerang jalur pasokan belakang Tiongkok. Liu Yunda masih menjadi komandan kompi muda saat itu, bertanggung jawab memimpin pasukan menjaga medan perang di Myanmar. Setelah beberapa pertempuran sengit, unit Liu Yunda menangkap sekelompok tahanan Jepang, termasuk seorang prajurit wanita muda-Omiya Jingzi.

Omiya Shizuko tidak langsung pergi ke medan perang untuk membunuh musuh, Dia adalah seorang pekerja logistik medis yang bertanggung jawab merawat yang terluka. Namun meski begitu, dia juga memiliki hati yang kuat. Dia selalu percaya bahwa Jepang adalah pihak yang adil dan dia berjuang untuk negaranya. Bahkan setelah ditangkap, dia mencoba melarikan diri berkali-kali tetapi gagal berulang kali.

Bagi tahanan seperti dia, tentara Tiongkok terkadang mengambil tindakan yang lebih keras dan bahkan tidak menutup kemungkinan untuk dieksekusi.Tapi Liu Yunda memandang gadis muda Jepang ini, tapi dia masih tidak tahan bersikap begitu kejam. Ia merasa gadis tersebut hanyalah korban cuci otak yang dilakukan pemerintah Jepang dan tidak memahami fakta sebenarnya.

Jadi Liu Yunda mulai berbicara dengannya dan mencoba mengubah pikirannya. Dia bercerita tentang Insiden 7 Juli, Pembantaian Nanjing dan kejahatan lain yang dilakukan oleh tentara Jepang di Tiongkok. Omiya Jingzi pada awalnya tidak mempercayai kata-kata tersebut. Dia merasa bahwa orang Tiongkok sedang memfitnah Jepang. Namun seiring berjalannya waktu, kesabaran dan bukti Liu Yunda menghancurkan keyakinannya sedikit demi sedikit. Akhirnya, dia menyadari bahwa negara yang dia yakini sebenarnya adalah pemrakarsa perang dan algojo pembunuhan.

Perubahan pemikiran ini membuat Omiya Shizuko sangat menyesali masa lalu, dan juga membuatnya memutuskan untuk melepaskan diri sepenuhnya dari masa lalu. Dia bukan lagi tentara wanita yang berjuang untuk Jepang, dia ingin memulai hidup baru.

==Saat-saat bahagia hidup dalam pengasingan di pedesaan setelah perang==

Setelah perang, Omiya Shizuko memilih untuk tinggal di Tiongkok. Dia dan Liu Yunda kembali ke kampung halamannya, sebuah desa kecil di Sichuan. Untuk sepenuhnya memutuskan kontak dengan masa lalu, dia mengubah namanya menjadi Mo Yuanhui. Tidak ada seorang pun di sini yang mengetahui identitas Jepangnya, bahkan ketiga anaknya pun tidak mengetahui bahwa ibu mereka pernah menjadi orang Jepang.

Di negeri Sichuan ini, Liu Yunda dan Mo Yuanhui memulai kehidupan biasa dan bahagia. Mereka mencari nafkah dengan bertani, dan meskipun hidup mereka sulit, keluarga mereka saling mencintai, dan kehidupan damai ini membuat mereka merasa nyaman.

Asap perang telah menghilang, dan kepedihan di masa lalu berangsur-angsur memudar. Hanya di tengah malam, Mo Yuanhui sesekali memikirkan kerabatnya yang jauh di Jepang, bertanya-tanya apakah mereka masih hidup dan apakah mereka juga merindukannya. .

Meski hidup mereka sederhana, hubungan Liu Yunda dan Mo Yuanhui menjadi semakin dalam. Sesulit apa pun masa-masanya, keduanya saling mendukung dan menghadapi tantangan hidup bersama. Masa lalu Mo Yuanhui sepertinya telah menjadi mimpi yang jauh. Dia terbiasa dengan identitasnya sebagai seorang istri Tionghoa dan menikmati kepuasan yang dibawa oleh kehidupan biasa.

==Panggilan Keluarga==

Ini semua berubah suatu hari di tahun 1978. Dengan kedatangan tamu Jepang tersebut, Mo Yuanhui harus menghadapi masa lalu yang sudah lama dia coba lupakan. Pengunjung tersebut memberitahunya bahwa ayahnya tidak pernah menyerah mencarinya.

Setelah perang, ayah saya bergabung dengan dunia bisnis dan segera menjadi kaya dan menjadi taipan bisnis di Jepang. Pada saat yang sama, ia juga bergabung dengan Asosiasi Persahabatan Tiongkok-Jepang dan mengabdikan dirinya pada perbaikan dan pengembangan hubungan kedua negara.

Sebagai seorang ayah, ia tidak pernah bisa melupakan putrinya yang terpisah saat perang. Dia telah mencarinya selama beberapa dekade. Baru-baru ini dia mengetahui tentang Mo Yuanhui melalui beberapa koneksi. Setelah mengetahui bahwa putrinya masih hidup dan baik-baik saja, lelaki tua itu sangat bersemangat dan memutuskan untuk mengirim seseorang untuk membawanya kembali ke Jepang untuk berkumpul kembali dengan keluarganya.

Menghadapi berita seperti itu, hati Mo Yuanhui dipenuhi dengan emosi yang kompleks. Dia sudah terbiasa dengan kehidupannya saat ini sehingga dia bahkan lupa nama Jepangnya. Apalagi dia punya rumah sendiri di Tiongkok, bersama suami dan anak. Dia tidak ingin merusak semuanya dengan kembali ke Jepang. Namun di sisi lain, darah lebih kental dari air, dan kerinduannya pada ayahnya pun membuatnya tak mampu menolak panggilan tersebut.

Setelah berdiskusi berulang kali dengan Liu Yunda, Mo Yuanhui akhirnya memutuskan untuk kembali sementara ke Jepang untuk menemui ayahnya yang sudah lanjut usia. Dia tidak berencana untuk meninggalkan Tiongkok sepenuhnya, namun ingin mengucapkan selamat tinggal kepada ayahnya dan kemudian kembali melanjutkan kehidupan sederhananya.

==kecelakaan==

Setelah kembali ke Jepang, Mo Yuanhui menemukan bahwa segalanya telah berubah. Dia awalnya mengira itu hanya perjalanan singkat untuk mengunjungi kerabat, tapi segalanya tidak sesederhana yang dia kira. Ayahnya sudah menjadi pemimpin komunitas bisnis Jepang, dan bisnis keluarganya melibatkan banyak bidang. Begitu Mo Yuanhui kembali, dia terlibat dalam kerajaan bisnis besar ini.

Ayahnya berharap dia bisa mengambil alih bisnis keluarga dan mewarisi segalanya. Menghadapi harapan ayahnya dan tanggung jawab keluarga, Mo Yuanhui merasa bingung. Dia tidak pernah berpikir untuk menjadi miliarder atau bekerja keras dalam bisnis. Namun kondisi fisik ayahnya semakin buruk, dan dia tidak tega melanggar keinginan terakhir ayahnya, sehingga dia hanya bisa menerima beban tersebut.

==Kehidupan baru keluarga Liu Yunda==

Atas permohonan kuat Mo Yuanhui, dua tahun kemudian, dia membawa Liu Yunda dan tinggal bersamanya di Jepang. Liu Yunda pada awalnya merasa sangat asing dengan semua ini. Dia tidak menyangka istrinya akan menjadi ahli waris senilai lebih dari 100 juta yuan, dan dia serta anak-anaknya juga akan tinggal di vila mewah dan menjalani kehidupan yang tidak pernah dia bayangkan.

Meski kondisi kehidupan telah berubah drastis, Liu Yunda merasa sedikit tidak nyaman. Dia khawatir Mo Yuanhui tidak lagi menjadi orang yang sama di dunia yang kaya materi ini.

Namun, Liu Yunda akhirnya merasa lega ketika Mo Yuanhui berkata kepadanya: "Saya masih istri pedesaan yang sama, Mo Yuanhui." Ia tahu bahwa betapapun hidup mereka berubah, hati istrinya tetap sama seperti dulu, dan ia tetaplah orang yang rela menghabiskan hari-hari biasa bersamanya.

Mo Yuanhui mewarisi warisan ayahnya dan mengambil alih kerajaan bisnis keluarga. Meskipun urusan bisnisnya membuatnya sangat sibuk, dia tetap menghargai waktu yang dia habiskan bersama Liu Yunda dan anak-anaknya. Dia memahami bahwa uang itu penting, tetapi keluarga adalah tujuan sebenarnya.

==Daun yang gugur kembali ke akarnya==

Meski kehidupan di Jepang semakin nyaman, Liu Yunda selalu merindukan kampung halamannya. Kehidupan pedesaan selama puluhan tahun telah membekas dalam hatinya, dan ia tak pernah mampu beradaptasi dengan hiruk pikuk kota. Jadi, di tahun-tahun terakhirnya, dia memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya di Sichuan dan tanah tempat dia dan Mo Yuanhui pernah bercocok tanam bersama.

Mo Yuanhui menghormati pilihannya. Meskipun dia tidak punya cara untuk kembali ke kehidupan pedesaan bersama Liu Yunda, dia memahami suasana hati suaminya. Setiap orang memiliki tujuan masing-masing di dalam hatinya, akar Liu Yunda ada di tanah Tiongkok, dan hatinya akan selalu terhubung dengannya.

Setiap kali Liu Yunda menerima surat dari Mo Yuanhui, dia akan membacanya dengan cermat di dalam ruangan. Kata-kata itu membuatnya seolah-olah melihat penampakan istrinya. Meski dipisahkan oleh ribuan gunung dan sungai, ia merasa istrinya tetap berada di sisinya. Dia juga tahu bahwa meskipun istrinya hidup berkecukupan, dia masih merindukan pedesaan Sichuan dan saat-saat biasa yang mereka habiskan bersama.

==Perpisahan Terakhir==

Waktu berlalu dengan cepat, dan tubuh Liu Yunda berangsur-angsur menjadi lebih buruk dari sebelumnya. Di tahun-tahun terakhirnya, ia menjadi semakin lemah dan akhirnya jatuh sakit di tempat tidur. Di ranjang kematiannya, dia tidak memiliki banyak penyesalan dan hanya ingin bertemu istrinya untuk yang terakhir kalinya. Ketika Mo Yuanhui menerima kabar bahwa Liu Yunda sakit parah, dia segera meletakkan segala sesuatunya dan bergegas kembali ke Sichuan.

Saat dia bergegas ke sisi suaminya, Liu Yunda sudah sekarat. Dia memegang tangan suaminya, dengan air mata berlinang, dan berbisik, "Aku kembali."

Liu Yunda tersenyum tipis. Meski lemah, dia tetap menatap istrinya dengan kelembutan di matanya. Dengan sisa tenaganya, dia menjawab dengan lembut: "Selamat datang di rumah."

Saat itu, Mo Yuanhui menangis. Dia tahu ini adalah perpisahan terakhir suaminya.

==Kesimpulan==

Setelah Liu Yunda meninggal, Mo Yuanhui mengadakan pemakaman sederhana untuknya di Sichuan. Ia tidak memilih untuk memindahkan jenazah suaminya kembali ke Jepang, melainkan sesuai dengan keinginan suaminya, ia menguburkannya di tanah yang dicintainya, di samping ladang yang telah mereka garap bersama.

Mo Yuanhui tidak tinggal terlalu lama di Sichuan karena dia masih memiliki banyak tanggung jawab yang harus diselesaikan di Jepang. Namun dia tahu bahwa di mana pun dia berada, akan selalu ada tempat di hatinya di mana orang-orang yang paling dia cintai dikuburkan dan tahun-tahun yang mereka habiskan bersama dikuburkan.

Mo Yuanhui terus mengelola bisnis keluarga di Jepang. Hidupnya masih sibuk, namun hatinya merasa lebih damai. Dia tahu bahwa tidak peduli bagaimana kehidupan berubah, dia akan selalu menjadi istri Mo Yuanhui di pedesaan Sichuan, dan akarnya akan selalu ada di negeri itu.