berita

Para pemerhati lingkungan berencana untuk "membom" tikus pemakan burung di Pulau Marion Afrika Selatan, penggalangan dana menjadi masalah

2024-08-26

한어Русский языкEnglishFrançaisIndonesianSanskrit日本語DeutschPortuguêsΕλληνικάespañolItalianoSuomalainenLatina

[Laporan Komprehensif Global Times] Para pemerhati lingkungan berencana melepaskan pelet yang mengandung rodentisida di Pulau Marion, Afrika Selatan, untuk membasmi tikus pemakan elang laut dan burung laut lainnya, namun penggalangan dana saat ini merupakan masalah terbesar. Menurut laporan Agence France-Presse pada tanggal 24, Pulau Marion terletak sekitar 2.000 kilometer tenggara Cape Town dan merupakan salah satu tempat berkembang biak burung laut terpenting di dunia. Namun, tikus yang semakin merajalela di pulau tersebut tidak hanya memangsa telur burung, tapi bahkan memangsa burung hidup.
Anderson, pemimpin proyek tersebut, mengatakan bahwa tikus pertama kali ditemukan menyerang elang laut pengembara di Pulau Marion tahun lalu, dan seperempat dari elang laut pengembara di dunia tinggal di pulau tersebut. Dari 29 spesies burung laut yang berkembang biak di pulau ini, 19 spesies menghadapi ancaman nyata. Serangan tikus menjadi semakin gila, dan burung laut ini tidak mampu merespons secara efektif. Ratusan ribu burung laut dibunuh setiap tahunnya.
"Rencana Bebas Hewan Pengerat Marion" telah diusulkan selama bertahun-tahun, tetapi berulang kali tertunda. Persiapan terakhir adalah mengirimkan helikopter untuk menjatuhkan 600 ton butiran rodentisida di pulau itu pada musim dingin tahun 2027. Karena musim dingin adalah saat dimana tikus paling lapar, dan sebagian besar burung bermigrasi jauh dari pulau, pengeboman tikus dapat mengurangi dampak terhadap spesies non-target. Saat ini, program tersebut hanya berhasil mengumpulkan seperempat dari total biaya sebesar $29 juta.
Menurut laporan, lonjakan populasi tikus terkait dengan pemanasan iklim, dan kenaikan suhu telah memperpanjang musim kawin mereka. Tikus rumahan muncul di Pulau Marion pada awal abad ke-19 dan secara bertahap jumlahnya meningkat. Sekitar tahun 1948, kucing diperkenalkan ke daerah tersebut untuk mengendalikan hama hewan pengerat. Namun seiring bertambahnya jumlah kucing, kelangsungan hidup burung pun terancam, hingga kucing terakhir di pulau itu disingkirkan secara buatan pada tahun 1991. (Sun Wen)
Laporan/Umpan Balik