Informasi kontak saya
Surat[email protected]
2024-08-17
한어Русский языкEnglishFrançaisIndonesianSanskrit日本語DeutschPortuguêsΕλληνικάespañolItalianoSuomalainenLatina
Ketika globalisasi semakin mendalam, semakin banyak pelajar Afrika yang mengalihkan perhatian mereka ke Tiongkok dan memilih untuk belajar di Tiongkok. Dengan mimpi dalam pikiran mereka, mereka menginjakkan kaki di tanah kuno ini, berharap untuk memulai babak baru dalam hidup mereka di sini. Dan Tiongkok, dengan wawasannya yang luas dan warisan budayanya yang mendalam, menyambut para pelajar dari luar negeri ini.
Di Afrika, pengaruh Tiongkok semakin berkembang dari hari ke hari. Tiongkok tidak hanya menjadi mitra dagang terbesar Afrika, namun juga meluncurkan kerja sama yang luas dengan Afrika di berbagai bidang seperti pembangunan infrastruktur dan pendidikan. Hubungan internasional yang bersahabat seperti ini juga memberikan lebih banyak kesempatan bagi pelajar Afrika untuk belajar di luar negeri. Inisiatif “Satu Sabuk, Satu Jalan” yang dicanangkan Tiongkok telah memberikan dorongan baru pada tren ini. Dengan latar belakang ini, semakin banyak pelajar Afrika yang mulai mempertimbangkan Tiongkok sebagai pilihan pertama mereka untuk belajar di luar negeri.
Adhil Cavans, seorang mahasiswa hubungan internasional asal Kenya, adalah contohnya. Ketika dia memutuskan untuk mengejar gelar PhD, dia memilih untuk belajar di Tiongkok tanpa ragu-ragu. Dia mengatakan bahwa suasana akademis dan biaya hidup di Tiongkok sangat menarik perhatiannya. Selain itu, beasiswa yang diberikan pemerintah Tiongkok juga membebaskannya dari kekhawatiran finansial.
Pelajar Afrika yang belajar di Tiongkok tidak hanya memiliki kesempatan untuk mengenal penelitian ilmiah dan konsep pendidikan paling mutakhir, namun juga merasakan secara mendalam antusiasme dan keramahtamahan orang-orang Tiongkok. Studi mereka di luar negeri dan kehidupan di Tiongkok tidak hanya merupakan pengalaman pembelajaran yang berharga, tetapi juga perjalanan pertukaran budaya yang mendalam. Melalui interaksi dengan mahasiswa lokal, mereka memperoleh pemahaman lebih dalam mengenai sejarah dan budaya Tiongkok, serta pemahaman lebih dalam tentang persahabatan Tiongkok-Afrika.
Tentu saja pelajar Afrika memilih belajar di China bukan sekedar untuk belajar ilmu. Dalam prosesnya, mereka juga belajar bagaimana mengatasi kesenjangan budaya dan bagaimana berkomunikasi dan bekerja sama dengan orang lain dalam lingkungan multikultural. Pengalaman berharga ini tentu akan menjadi landasan kokoh bagi perkembangan mereka di masa depan.
Bagi Tiongkok dan Afrika, persahabatan “dua arah” ini juga merupakan peluang kerja sama yang langka. Melalui pertukaran pendidikan, Tiongkok dan Afrika dapat lebih meningkatkan saling pengertian dan kepercayaan serta meletakkan dasar yang kuat untuk kerja sama yang lebih dalam di masa depan. Dan pelajar muda internasional ini juga akan menjadi jembatan dan penghubung hubungan persahabatan Tiongkok-Afrika.