berita

Menikam dari belakang dari Amerika? Pejabat Gedung Putih mengungkapkan bahwa serangan Israel ke Rafah hanyalah gertakan!

2024-08-25

한어Русский языкEnglishFrançaisIndonesianSanskrit日本語DeutschPortuguêsΕλληνικάespañolItalianoSuomalainenLatina

Financial Associated Press, 10 April (Editor Ma Lan)Pada hari Senin, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan ada tanggal pasti untuk invasi Israel ke Rafah di Gaza selatan, namun tidak mengatakan kapan. Hal ini menyebabkan kegemparan di komunitas internasional, dan banyak negara mengecam keras hal tersebut.

Namun, banyak pejabat senior di pemerintahan AS yang menampik ancaman Netanyahu. Menurut para pejabat senior, ucapan Netanyahu mengenai penetapan tanggal penyerangan Rafah tak lebih dari sekadar gertakan, terkait dengan semakin lemahnya posisi politik pemerintahannya di Israel.

Pejabat pemerintah Amerika secara terbuka menyatakan pada hari Selasa bahwa Israel belum bertukar informasi dengan Amerika mengenai tanggal spesifik serangan terhadap Rafah. Namun dia juga menekankan bahwa tidak ada kekuatan di dunia yang dapat mencegah pasukan Israel memasuki Rafah.

Penasihat Keamanan Nasional AS Sullivan menekankan bahwa jika Israel benar-benar menyerang Rafah, itu hanya akan membuktikan bahwa Israel tidak memberikan informasi yang relevan kepada AS.

Tembakan yang salah?

Netanyahu sebelumnya mengatakan bahwa menyerang Rafah adalah langkah kunci dalam melenyapkan Hamas di Gaza. Pejabat Israel menambahkan, masih ada empat kamp Hamas di Rafah yang harus dihilangkan Israel.

Namun, di balik alasan yang masuk akal ini terdapat situasi kesulitan internal dan eksternal pemerintahan Netanyahu saat ini.

Sebagian besar analis politik percaya bahwa setelah konflik Palestina-Israel berhasil dimediasi, Israel akan mengalami badai perhitungan politik, dan koalisi sayap kanan Netanyahu yang rapuh mungkin akan berantakan.

Hal ini juga menyebabkan pemerintah AS berusaha semaksimal mungkin untuk menghindari komentar publik terhadap pemerintah Israel dan Netanyahu sendiri. Seorang pejabat senior menunjukkan bahwa sikap Biden terhadap Netanyahu sangat sensitif, dan pemerintah AS dari atas hingga bawah menghindari evaluasi politik Israel.

Namun, ketegangan antara Amerika Serikat dan Israel bukan rahasia lagi. Pada awal Desember tahun lalu, Biden mengungkapkan ketidakpuasannya terhadap Netanyahu dalam sebuah acara kampanye. Dia mengatakan pemerintah Israel terlalu keras dan kehadiran Netanyahu mengubah keseluruhan konflik.

Pada pertemuan online AS-Israel pekan lalu, pejabat senior keamanan nasional Biden disebut-sebut telah memberikan tekanan pada pemerintah Israel, sehingga mengharuskan Pasukan Pertahanan Israel untuk memberikan rencana untuk mengevakuasi sejumlah besar warga sipil Rafah, termasuk rincian lokasinya. orang-orang ini akan ditempatkan. Di mana dan berapa banyak makanan dan air yang dibutuhkan.

Namun para pejabat Israel tidak memberikan jawaban. Sebaliknya, mereka berpendapat bahwa kegagalan menyerang Rafah akan menyia-nyiakan upaya yang telah dilakukan Israel selama enam bulan terakhir untuk membersihkan Rafah.

Para pejabat AS percaya bahwa tanpa rencana komprehensif untuk mengevakuasi 1,4 juta warga sipil Rafah, Israel tidak mungkin menentukan jadwal serangan terhadap Rafah.

(Ma Lan, Pers Asosiasi Keuangan)
Laporan/Umpan Balik