Informasi kontak saya
Surat[email protected]
2024-08-18
한어Русский языкEnglishFrançaisIndonesianSanskrit日本語DeutschPortuguêsΕλληνικάespañolItalianoSuomalainenLatina
Saat keluarga Qiu Yike sedang berlibur di Sanya, Xiao Wandou memandangi sekumpulan mainan hiu dengan serius di akuarium. Di matanya yang besar dan penuh rasa ingin tahu, dia sepertinya memikirkan sebuah pertanyaan penting: "Apakah Suster Shasha akan menyukai hiu ini?" Gerakan yang begitu terfokus membuat orang-orang menghela nafas: ketika seorang gadis kecil sedang bermain, dia akan memikirkannya terlebih dahulu. Kedalaman emosi dalam diri "saudara perempuannya" sangat menyentuh.
Sanya yang terkenal dengan sinar matahari yang cerah dan perairannya yang biru telah menjadi pilihan utama banyak liburan keluarga. Perjalanan Qiu Yike bukan hanya untuk relaksasi, dia membawa keluarganya ke sini, dan lebih seperti dia mencari ketenangan yang telah lama hilang. Biasanya dia adalah pelatih yang bisa bermanuver dengan leluasa di lapangan tenis meja, namun di pantai ini dia menjelma menjadi seorang ayah biasa yang sedang bermain dengan putrinya. Menghadapi kehati-hatian Xiao Wandou, sarafnya yang tegang sepanjang tahun tampak sangat rileks.
Yang mengejutkan, Qiu Yike sebagai pelatih kejuaraan justru mengandalkan "bahasa tubuh" dalam komunikasi bahasa Inggris. Di Sanya, ia mencoba berkomunikasi dengan turis asing menggunakan bahasa Inggrisnya yang “agak buruk”, dan hasilnya lucu. Seseorang bercanda: "Pelatih kelas dunia ini sebenarnya mengandalkan 'melambaikan tangan dan menggerakkan tangan' untuk berkomunikasi?" Namun, cara yang terkesan kikuk ini justru mendekatkan dia dengan orang lain dan merusak keseriusan identitasnya sebagai seorang pelatih.