Informasi kontak saya
Surat[email protected]
2024-08-14
한어Русский языкEnglishFrançaisIndonesianSanskrit日本語DeutschPortuguêsΕλληνικάespañolItalianoSuomalainenLatina
Mengurangi kontradiksi antara penawaran dan permintaan serta membuat tiket museum tidak lagi “sulit didapat” adalah solusi mendasar.
Mengapa beberapa tiket museum yang semula gratis dijual dengan harga tinggi oleh calo? Baru-baru ini, seorang reporter dari CCTV masuk ke program mini WeChat Museum Nasional selama beberapa hari berturut-turut dan menemukan bahwa semua janji temu dalam tujuh hari menunjukkan "janji temu penuh". Setelah mewawancarai 30 wisatawan secara acak di luar Museum Nasional Tiongkok, reporter menemukan bahwa hanya 2 orang yang melakukan reservasi melalui jalur formal, dan 28 orang lainnya masuk ke museum dengan mencari "calo" untuk menaikkan harga.
Pada 19 Juli 2024, wisatawan mengunjungi museum di Yuncheng, Provinsi Shanxi untuk merasakan pesona sejarah dan budaya Tiongkok. Peta Visual Tiongkok
Menurut laporan, sekarang sedang musim panas, dan banyak museum populer serta universitas bergengsi mengalami kesulitan dalam melakukan reservasi. Selain besarnya arus wisatawan, keberadaan ticketing menjadi faktor penting. Jadi, ketika turis biasa mengeluh bahwa mereka "lambat" dan "tiket habis dalam hitungan detik", mengapa "calo" bisa memesan dengan gila-gilaan? Belum lama ini, Kejaksaan Rakyat Distrik Haidian Beijing baru saja menangani kasus scalping suara "calo" yang mengungkap misterinya.
Ternyata sebagian besar "calo" akan menggunakan informasi wisata yang mereka miliki, dan menggunakan artefak perampasan tiket dan berkah teknis lainnya untuk memimpin dalam menyita sejumlah besar sumber daya tiket dalam satu detik. Pada saat yang sama, mereka akan mempublikasikan informasi penjualan kembali tiket di berbagai platform sosial. Setelah menarik wisatawan sungguhan, mereka akan terus dengan cepat mengembalikan uang dan mengambil tiket, dan akhirnya berhasil memonetisasi nomor tersebut.